Seko, Surga Tersembunyi di Kaki Langit Sulawesi

Walaupun ke sana sudah dari dua tahun yang lalu, namun bisik alamnya masih begitu jernih di ingatan, walau bisa d jangkau dengan pesawat perintis, namun mendapatkan seat itu sangat sulit, mesti booking dari jauh hari,





Alternatif lain adalah dengan naik ojek, ingat ojek, bukan gojek, hehe :D
Motor ojeknya pun bukan motor seperti biasanya, Motor Trail Modif ataupun diantara kebanyakan adalah motor bebek seperti umumnya yang telah di modifikasi sedemikian rupa untuk bisa menerjang medan-medan yang kebanyakan jalan berlumpur melintasi pengunungan dan sungai, kebayang ?

ada yang belum 'ngeh' yah ? ini adalah perjalanan saya ke kecamatan Seko kabupaten Luwu Utara sebuah daerah di daratan sulawesi selatan bagian utara. kecamatan ini berbatasan dengan sulawesi barat dan sulawesi tengah, surga tersembunyi di kaki langit


Memulai perjalanan dari masamba dengan di jemput mobil dinas oleh staff camat Seko, lalu tiba di kecamatan sa'ban dan dsinilah kami start dengan ojek yang saya deskripsikan diatas, tentunya ojek ini kami telah pesan sebelumnya. 


Bayangan-Bayangan cerita mendebarkan dari Pak camat Seko, Bapak Tandi Bulan, seakan menambah rasa penasaran sekaligus memberi bayangan 'ngeri' tentang perjalanan ke sana (Seko), 

Pak Camat Menceritakan Bahwa disana ada savana yang indah, sapi-sapi yang berkeliaran, dan tentunya cerita harga bensin yang 15-20 ribu per liter cukup mencemaskan dompet kami. hehe..

Jarak dari Sa'ban ke Seko adalah 126 KM , kami memulai perjalanan sekitar Pukul 08.20 WITA,
Dalam perjalanan yang tertanam di benakku adalah kesan sangat seru, mulai dari rehat di pos persinggahan pertama sebelum memulai tanjakan dan jalan rusak, driver ojek yang juga sekaligus menjadi pemandu kami mereka singgah minum segelas kopi dan membereskan keadaan motor tempur kami, hehe.. 





Asyik bercengkrama, kopi habis, saatnya melanjutkan perjalanan, ngeeeng.. brum..

tiba di pos ke-2, di sebuah warung (jangan bayangkan seperti warung mas-mas di kota.. hhe).
saat masuk di warung makan, kami memesan ayam goreng dan ada juga yang pesan ikan goreng (lagi-lagi saya ingatkan jangan bayangkan seperti yang anda sering jumpai di kota). 

karena cuaca yang berkabut dan dingin, saya penasaran kenapa pesanan kami begitu lama terhidang, akhirnya masuk dalam dapur (tentunya minta ijin dulu). 

Apa yang saya jumpai ? darah ayam segar berceceran di dapur, terlihat dua ekor ayam jadi tumbal perjalanan kami saat itu,

pantas saja lama pikirku, ayamnya baru di potong, segar, baru di tangkap dari kebun, ingat kebun bukan kandang. hahaha.
Setelah makan, di warung itu kami beli Bensin untuk antisipasi perjalanan, wow, harganya 20 ribu per liter. hehe..

Singkatnya, perjalanan di lanjutkan, cuaca makin ekstrim, Hujan deras, berkabut, jalanan jadinya berlumpur sempurna,alhasil celana jeansku pun sudah basah total, mulai terasa menyentuh kulitku,

tentu bukan waktunya untuk mengeluh, walaupun risih dengan kondisi itu.. hehe.. 
dalam perjalanan beberapa kali saya harus turun dari motor untuk mendorong motor kendaraan kami yang tak mampu lagi menerjang lumpur-lumpur dan jalanan itu. rasanya asyik juga main lumpur. haha
gerak dan kegiatan yang hampir sama terus berulang saya lakukan hingga hampir sampai tujuan kami di pusat pemeritahan kecamatan Seko.




Nah, Pandangan-pandangan perjalanan yang begitu ekstrim akhirnya terbayar lunas dengan pemandangan savana luas seko sangat indah dan memanjakan, rasanya ingin tidur disana. dan saya tidak menyangka cerita pak camat saat sebelum berangkat bakal seperti ini, 

ini jauh lebih dari ekspektasi saya. jauh lebih indah.




Sebelum menjalan 'ritual' berfoto-foto saya menyempatkan melirik jam, anda percaya ? jam 17.03 WITA.
kira-kira berapa lama kami di jalan ? 126 KM ? hehe
tapi semua terbayarkan !
tak lama kami lanjut perjalanan dan sampai di rumah jabatan camat Seko, Tak butuh istrahat, kami langsung berkeliling seantero seko dan 
berkunjung  ke rumah Bapak sekertaris camat Seko, 

Nah, ternyata beliau juga sudah siap dengan senjata dan ceritanya.

Kopi khas Seko, rasanya betul beda, konon kabarnya kopi seko yang mengilhami kopi toraja, bahkan pengepul kopi toraja ada yang membeli kopi di petani kopi seko.
(ini cerita yang menarik, masih perlu di buktikan dan diteliti lebih lanjut).

Kopi habis, lanjut makan malam. nasi nya seperti nasi santan/uduk, tapi rasanya lebih tipis, tidak bikin 'eneg' , rasa penasaran saya membuncah, Pak sekcam mengutarakan kalau padi atau beras disini tidak memakai pupuk kimia, dia tumbuh alami, panennya 6 bulan sekali. ini pengalaman pertama kali kami makan nasi segurih ini, sayangnya, kami tidak bisa mendapat stok beras ini, 

Kabarnya beras ini adalah buruan para konsumen di kota masamba.
Tak hanya itu, cobek-cobek bu sekcam yang nampak masih malu-malu saat itu.
wuuuih.. rasanya gurih sekali walaupun tanpa penyedap rasa, namun kali ini saya tak berhasil menemukan resepnya (masa cowok nanya nya gituan) hehe..


Pertengahan makan, lampu sempat padam, ternyata pak sekcam belum ganti pembangkit dari PLTS ke PLTMH/PLTD. Masyarakat Seko saat ini memang sedang menghadapi beberapa persoalan, selain listrik desa yang hanya berkapasitas kecil, akses jalan, ada juga bangunan sekolah yang masih sangat berbeda dengan kota besar. dan banyak hal lagi, satu masalah yang sedikit tersolusikan adalah hadirnya BTS Merah Putih Telkomsel disana, BTS Mengudara di seko pada tahun 2016, sebelum ada tower, masyarakat Seko berkomunikasi dengan antena radio-radio amatir.


Masih sangat banyak hal menarik di Seko,
namun saya sulit menumpahkannya semua, 

tentang seko, tentang surga di kaki langit, surga yang seolah tak dirindukan,
semoga kedepan pembangunan akses jalan darat bisa lebih baik.

Semoga saya bisa ke Seko lagi





Bagi Anda yang penasaran, silahkan share tulisan ini dan temukan jawaban menarik dari teman-teman mu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Transisi Pencarian, Restu Sepasang Bidadari

motor dahlander 3 fase

TRIAC